Yogyakarta – Hoshizora Foundation menggelar Hoshizora Education Day pada 18 Mei 2024 di Kampoeng Mataraman, Yogyakarta, dengan agenda utama yaitu diskusi terbuka berjudul “Pendidikan Adil dan Merata: Sampai Mana?”. Diskusi ini menghadirkan para pakar pendidikan meliputi Dyah Palupi, Analis Bidang Perencanaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY; Muhamad Nur Chozin, policy analyst & consultant Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan; serta Sanuri Amdali, program manager Hoshizora Foundation. Bersama para pakar pendidikan ini, Hoshizora Foundation mengajak para peserta yang terdiri dari mahasiswa, pegiat pendidikan, komunitas, dan publik untuk berdiskusi mengenai kondisi pendidikan di Indonesia.
Menengok Kondisi Keadilan dan Pemerataan Akses Pendidikan di Indonesia
Isu ketimpangan dalam pendidikan di Indonesia menjadi sorotan utama dalam diskusi terbuka ini. Terlepas dari upaya-upaya seperti pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas guru, ketimpangan akses dan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih merupakan tantangan besar. Dalam konteks ini, salah seorang peserta bernama Intan menyoroti permasalahan tersebut, bertanya tentang strategi yang tepat untuk mengatasi ketidakmerataan dalam pendidikan. Lantas, Dyah Tri Palupi, Analis Bidang Perencanaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, menjelaskan pentingnya memastikan semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi mereka. Dyah menekankan bahwa ketimpangan antara perkotaan dan pedesaan, masih menjadi tantangan besar. Ia menegaskan perlunya perjuangan agar setiap anak mendapatkan haknya untuk pendidikan yang adil dan merata. Dyah juga menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pemerataan pendidikan. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan solusi inovatif dan berkelanjutan.
Tak hanya itu, pertanyaan lain juga datang dari Mlathi, salah satu audiens yang hadir dalam diskusi ini, pertanyaan yang diajukan kepada Muhamad Nur Chozin, membahas peran anak dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan. Muhamad Nur Chozin, pembicara dari Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), menjelaskan bahwa anak-anak mulai dilibatkan, seperti dalam program evaluasi mata pelajaran. Chozin menekankan bahwa melibatkan anak-anak dalam penelitian dan kebijakan pendidikan dapat memberikan wawasan berharga yang sering kali terlewatkan oleh orang dewasa. Kolaborasi ini memungkinkan kebijakan yang lebih inklusif dan efektif, mencerminkan kebutuhan dan aspirasi anak-anak secara langsung.
Berbicara Tentang Kompleksitas Ekosistem Pendidikan di Indonesia
Diskusi terbuka ini membawa sorotan pada kompleksitas ekosistem pendidikan di Indonesia. Tantangan utama seperti ketimpangan akses dan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan serta perubahan kurikulum yang sering terjadi menjadi perhatian utama. Salah satu pertanyaan dari audiens yang diutarakan oleh Tsabitah Ariani Mutiana dari Indonesia Future Leaders Yogyakarta menyoroti masalah kurikulum pendidikan yang sering berubah-ubah. Muhamad Nur Chozin menanggapi dengan menekankan pentingnya evaluasi matang sebelum mengubah kurikulum dan konsistensi dalam penerapan serta sosialisasi kurikulum baru agar tidak menimbulkan kebingungan di lapangan.
Sanuri Amdali dan Dyah Palupi juga turut menegaskan mengenai pentingnya fleksibilitas dalam metode pengajaran dan dukungan terhadap perubahan tersebut. Mereka menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih positif dan berbasis pada pengembangan karakter, serta pentingnya pelatihan dan sosialisasi bagi guru untuk memahami dan mengadopsi metode pendidikan yang lebih modern. Diskusi ini menyoroti betapa pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil, efektif, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Mengajak Kolaborasi Praktik Baik Pendidikan
Diskusi kali ini menyoroti pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam menciptakan praktik pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Divania, salah seorang audiens dari Indonesia Future Leaders Yogyakarta lantas menyoroti pentingnya pemerataan penyebaran guru di seluruh Indonesia, sebagai langkah krusial untuk mengatasi ketimpangan pendidikan. Para pembicara, termasuk Dyah Tri Palupi dan Sanuri Amdali, menyampaikan kesepakatan akan urgensi pemerataan tersebut. Mereka juga menekankan perlunya dukungan dan pelatihan berkelanjutan bagi guru di daerah terpencil, serta partisipasi masyarakat dalam mendukung pendidikan melalui program-program seperti mentoring dan beasiswa.
Pertanyaan berikutnya dari Rizky tentang langkah konkret untuk mencapai pendidikan yang adil dan merata dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang menarik tanggapan dari Muhamad Nur Chozin dan Sanuri Amdali. Chozin menekankan peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan infrastruktur, dan pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan lokal, sementara Sanuri menyoroti inovasi dalam metode pengajaran dan penggunaan teknologi sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan pendidikan. Diskusi ini menegaskan kompleksitas tantangan yang dihadapi sistem pendidikan Indonesia, namun dengan kolaborasi dan komitmen semua pihak, diharapkan dapat tercipta solusi-solusi inovatif yang meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan di seluruh negeri.
Diskusi terbuka ini menjadi langkah awal yang penting dalam menjawab tantangan pendidikan di Indonesia. Hasil diskusi diharapkan dapat menjadi pemantik terciptanya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat, untuk dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan merata. Penting untuk terus mendorong inovasi, membangun kemitraan yang kuat, dan memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi para pendidik dan siswa. Dengan semangat “Berani Bermimpi” sebagaimana tema Hoshizora Education Day 2024, mari bersama-sama membangun masa depan pendidikan yang lebih baik untuk generasi mendatang.