Beasiswa Pendidikan: Cara Hoshizora Foundation Memutus Rantai Kemiskinan

Anak-anak sekolah dasar sedang duduk di bangku kelas, menghadap ke papan tulis. Beasiswa Pendidikan: Cara Hoshizora Foundation Memutus Rantai Pendidikan

Pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan yang mengancam anak-anak Indonesia. Beasiswa pendidikan dapat menjadi salah satu cara untuk menjembataninya. Melalui beasiswa, anak dari keluarga pra-sejahtera dapat kembali mengenyam bangku sekolah dan memenuhi kebutuhan penunjang pendidikan. Langkah ini juga menjadi salah satu upaya Hoshizora Foundation untuk mendukung anak-anak Indonesia agar terbebas dari rantai kemiskinan dan terbang mengejar cita-cita mereka.

Apa itu Rantai Kemiskinan?

Dilansir dari Litbang Kompas, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan Indonesia per September 2024 adalah 8,57% dari total populasi. Artinya, sebanyak 24,06 juta masyarakat Indonesia termasuk dalam kategori miskin. Menurut standar, mereka hanya mengeluarkan uang sejumlah Rp21.250 per hari atau sebesar Rp595.242 per bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 

Kendati persentasenya terlihat kecil, besar kemungkinan bahwa realita jumlah penduduk miskin Indonesia jauh lebih tinggi. Garis batas kemiskinan–yaitu jumlah pengeluaran sebesar Rp595.242/bulan–disebut terlalu rendah untuk menilai kemiskinan, menurut para ahli. Standar yang digunakan Indonesia selama ini masih jauh di bawah banyak negara tetangga, bahkan terendah di ASEAN. Oleh karenanya, tingginya jumlah keluarga Indonesia yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, termasuk biaya pendidikan anak, masih menjadi problem yang terus dihadapi negeri ini.

Kemiskinan melahirkan kemiskinan. Ia membuat keluarga kekurangan sumber daya untuk menyejahterakan diri mereka. Anak-anak dalam keluarga seperti ini lantas punya kemungkinan tinggi untuk tetap terjebak dalam kemiskinan, walaupun setelah ia tumbuh dewasa. Inilah yang disebut sebagai rantai kemiskinan atau lingkaran kemiskinan (cycle of poverty). 

Dampak Rantai Kemiskinan Terhadap Anak

Tumbuh dalam kemiskinan berdampak pada setiap tahap perkembangan anak. Saat masih dalam kandungan dan selama usia dini, anak dalam keluarga miskin berisiko kekurangan gizi dan mengalami stunting akibat kebutuhan nutrisi yang tak dipenuhi. Anak juga lebih rentan terhadap masalah kesehatan lainnya, mengingat akses sanitasi, tempat tinggal, dan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. 

Anak dalam keluarga miskin juga mempunyai ketimpangan dalam akses pendidikan. Mereka berisiko mengalami putus sekolah atau bahkan tidak menempuh pendidikan sama sekali. Bahkan ketika mereka mengenyam bangku sekolah, kondisi anak bisa saja memengaruhi progres mereka dalam belajar. Akibatnya, kualitas pendidikan yang diterima anak menjadi kurang baik. 

Kapabilitas anak untuk menjadi orang dewasa yang produktif menjadi sempit. Menurut penelitian SMERU Institute, sebagaimana dilansir dari Jakarta Post, anak yang mengalami kemiskinan berkepanjangan akan kesulitan untuk bersaing dalam pasar tenaga kerja. Karenanya, mereka memiliki kecenderungan untuk mendapat penghasilan lebih sedikit. Lagi-lagi, kemiskinan dimulai.

Pentingnya Pendidikan sebagai Langkah Memutus Rantai Kemiskinan

Jerat rantai kemiskinan bukan berarti tak bisa dipatahkan. Hoshizora Foundation meyakini bahwa pendidikan, seperti yang telah dikemukakan oleh berbagai studi dan penelitian, dapat menjadi salah satu kunci untuk memutus rantai kemiskinan. Menurut UNESCO, jika anak-anak di negara berpenghasilan rendah memiliki keterampilan membaca dasar saja, 171 juta orang dapat terlepas dari kemiskinan ekstrem. Seterusnya, jika semua orang dewasa menyelesaikan pendidikan menengah, tingkat kemiskinan global bahkan dapat berkurang lebih dari setengahnya.

Bagi anak, akses pendidikan yang layak tak hanya soal pengetahuan akademik. Pendidikan juga dapat membantu mereka mengembangkan berbagai keterampilan, mulai dari keterampilan sosial, emosional, kognitif, hingga komunikasi. Kemampuan-kemampuan ini menjadikan anak individu yang lebih produktif dan dapat bersaing di dunia kerja. 

Hal tersebut berujung pada peningkatan pendapatan, perbaikan taraf hidup, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka di masa depan. Masih menurut UNESCO, mereka juga akan lebih tahan terhadap berbagai bentuk kesenjangan, mulai dari ekonomi hingga gender. Pendidikan juga akan mengurangi kerentanan mereka terhadap berbagai risiko yang menimpa (misalnya, kehilangan anggota keluarga dan bencana alam). Dengan begitu, pendidikan membantu memutus siklus kemiskinan yang sering kali terwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Investasi pada pendidikan juga berdampak secara kolektif. Ketika lebih banyak individu dalam suatu komunitas memiliki pendidikan berkualitas, tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dapat meningkat. Pendidikan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan sosial, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan stabil. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya menjadi solusi individual. Ia juga adalah langkah strategis untuk membangun bangsa yang bebas dari kemiskinan.

Memutus Rantai Kemiskinan Melalui Beasiswa Pendidikan

Sejak berdiri pada tahun 2006, Hoshizora Foundation telah menghadirkan 11 program beasiswa untuk membantu anak-anak Indonesia meraih pendidikan. Program-program ini juga hadir berkat kolaborasi dengan berbagai pihak, dari individu dan donatur, komunitas, organisasi, serta berbagai perusahaan. Melalui beasiswa yang difasilitasi oleh Hoshizora Foundation, lebih dari 3.400 anak telah menerima bantuan biaya pendidikan untuk menempuh jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. 

Tak hanya dalam bentuk bantuan finansial, Hoshizora Foundation juga menyediakan program pengembangan kapasitas untuk para penerima beasiswa atau yang juga disebut sebagai Adik Bintang. Melalui program ini, Adik Bintang mengikuti berbagai kegiatan yang tak hanya dapat memperkaya pengetahuan, namun juga mengembangkan karakter dan keterampilan mereka. Kegiatan-kegiatan ini dapat berupa mentoring dengan profesional, kelas dan workshop, forum diskusi, serta masih banyak lainnya. 

Melalui program tersebut, Adik Bintang dapat mengembangkan sikap dan keterampilan seperti kepemimpinan, kepedulian pada lingkungan sekitar, berpikir kritis, hingga kesiapan untuk mengembangkan karier. Harapannya, ini dapat menjadi bekal Adik Bintang untuk terus berkembang, tak hanya di bangku sekolah formal. Bagi lebih dari 2.300 alumni Adik Bintang, kemampuan-kemampuan yang mereka latih tersebutlah yang juga menjadi bekal bagi mereka untuk terjun ke dunia profesional.

Kemiskinan memang masih menjadi momok untuk jutaan anak Indonesia. Namun, bukan berarti rantai kemiskinan yang ada tak bisa putus. Bukan berarti pula bahwa masa depan mereka tak bisa berubah menjadi lebih cerah. Melalui kolaborasi berbagai pihak—pemerintah, swasta, organisasi dan komunitas, juga Anda—dan cita-cita anak Indonesia dapat menjadi nyata di depan mata. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *