Fauzan, begitulah panggilan akrab pemilik nama lengkap “Muhammad Arif Fauzan”. Saat diwawancarai pada Rabu, (26/8), di Kantor Hoshizora Foundation, Fauzan berbagi pengalaman kepada Hoshizora. Sosok berperawakan tinggi dan bertubuh kecil ini bisa dikatakan sangat yakin dan berpegang teguh pada kekuatan mimpinya bahwa suatu hari nanti pasti akan terwujud. Pasalnya, sejak menyelesaikan studi di tingkat SMA, Fauzan ingin kuliah keluar negeri, namun Fauzan tidak pernah tahu kemana ia akan melanjutkan kuliah.
“Ya, waktu SMA saya sudah punya keinginan untuk kuliah keluar negeri, tapi waktu itu saya tidak tahu mau kuliah di mana”, tutur Fauzan saat di wawancarai di Kantor Hoshizora Foundation.
Menurut laki-laki kelahiran Magelang, 12 April 1994 ini, untuk mewujudkan mimpinya itu, ia bertekad untuk membuat Passport. Fauzan berharap dengan Passport yang dibuat itu bisa mengantarkan Fauzan menjemput mimpinya. Sejak duduk di kelas 3 SMA, Fauzan mencoba mengikuti test beasiswa di Kyushu University dengan jurusan Teknik. Fauzan berhasil mengikuti seleksi hingga tahap wawancara. Namun nasib baik belum berpihak kepada Fauzan, dan Fauzan dinyatakan tidak lolos untuk test masuk kuliah di Kyushu University.
Kenyataan itu membuat Fauzan tidak berputus asa. Dari pengalaman itu, Fauzan melakukan evaluasi diri, kenapa dirinya tidak diterima saat mengikuti test untuk kuliah di Kyushu University. Fauzan menyadari bahwa dirinya tidak diterima karena ada dua hal, pertama karena Fauzan waktu duduk di bangku SMA masih belum bisa berbahasa inggris dengan baik dan kedua karena Fauzan dalam menulis esai masih kurang baik.
“Ada dua hal yang membuat saya tidak diterima kuliah di Kyushu University, pertama karena saya waktu duduk di bangku SMA masih belum bisa berbahasa inggris dengan baik, kedua karena dalam menulis esai masih kurang baik, idealnya penulisan esai harus menarik agar diterima”, kenang Fauzan sambil tersenyum.
Dari kesadaran itu, Fauzan memutuskan untuk mencari lembaga sosial. Berdasarkan informasi dari temannya, Fauzan akhirnya bergabung dengan Hoshizora Foundation sebagai volunteer. Fauzan memutuskan satu tahun untuk jeda dari kuliah, mengingat Fauzan harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa mewujudkan mimpinya agar bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri.
Menurut Fauzan, bergabung dengan Hoshizora Foundation karena termotivasi untuk bisa menulis esai dengan baik dan juga belajar bahasa inggris. Fauzan berharap dengan bergabung dengan Hoshizora Foundation skill menulis esai dan skill bahasa inggrisnya bisa terasah lebih baik lagi.
“ Saya termotivasi untuk menulis esai dengan baik dan belajar bahasa Inggris. Dan di Hoshizora saya ketemu Mbk Mega, Mbk Reky, dan Mbk Wenda, dan saya banyak bercerita dengan mereka tentang kuliah di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), “kenangnya.
Selain memiliki mimpi yang kuat, menurut Fauzan, dukungan keluarga itu sangat penting. Fauzan bersyukur keluarganya selalu memberikan dukungan kepada Fauzan selagi perbuatan itu baik. Ia bergabung dengan Hoshizora Foundation juga didukung oleh keluarganya dan Hoshizora juga mendukung Fauzan untuk bisa berproses, tumbuh dan berkembang bersama di Hoshizora Foundation.
“Alhamdulillah, kalau dukungan selalu ada dari keluarga, asalkan apa yang saya lakukan itu baik. Termasuk saya berproses di Hoshizora, keluarga juga mendukung dan Hoshizora pun mendukung”, tambah Fauzan.
Lebih lanjut Fauzan menambahkan, bahwa Hoshizora merupakan organisasi yang sangat dibutuhkan untuk kondisi ekonomi dan pendidikan di Indonesia, karena di Indonesia masih banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah, waluapun ada bantuan dari pemerintah, namun dinilai dalam praktiknya masih belum maksimal untuk menuntaskan pengangguran di Indonesia.
Menurut laki-laki yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Ritsumeikan Asia Pacific University dengan jurusan Manajemen, mengatakan bahwa Hoshizora Foundation juga merupakan organisasi yang bertindak nyata. Yang tak kalah menariknya bagi Fauzan, Hoshizora Foundation juga bermimpi. Fauzan menuturkan, Hoshizora berawal dari ide, ide itu kemudian dilaksanakan dan dikembangkan. Awalnya hanya membantu satu dua anak, sekarang sudah ribuan anak yang dibantu oleh Hoshizora Foundation.
“Yang paling saya suka dari Hoshizora, Hoshizora juga bermimpi. Dulunya Hoshizora berawal dari ide, ide itu kemudian dilaksanakan dan dikembangkan. Awalnya hanya membantu satu dua anak, sekarang sudah ribuan anak yang dibantu oleh Hoshizora”, tutur Fauzan dengan rasa kagumnya.
Fauzan selain menjadi volunteer juga menjadi Kakak Bintang Hoshizora Foundation, mengingat Fauzan juga punya ketertarikan dalam bidang edukasi. Fauzan menjadi Kakak Bintang terhitung sejak 3 tahun yang lalu hingga sekarang. Fauzan menyadari dengan membantu sekecil apapun untuk anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah namun terkendala biaya akan memberikan arti yang besar untuk masa depan anak tersebut.
Sebagai penutup Fauzan berpesan, “Jangan takut untuk bermimpi, dengan keyakinan dan usaha yang kuat, mimpi itu akan menjadi kenyataan. Dan saya berharap Hoshizora juga semakin banyak membantu adik-adik yang ingin melanjutkan pendidikan namun terkendala pendidikan”, Pesan Fauzan kepada Hoshizora Foundation dengan mengakhiri wawancaranya. [Gafur]