Yogyakarta – Pada hari Minggu pagi, 21 Juli lalu, Hoshizora Foundation menggelar mini diskusi terbuka untuk publik dalam rangka merayakan Hari Anak Nasional dengan mengundang komunitas Suara Anak. Kegiatan ini dihadiri oleh 23 peserta diskusi hari anak yang berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga pekerja. Diskusi yang diadakan di Taman Humaniora Universitas Gadjah Mada ini berlangsung dengan hangat dan interaktif untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menciptakan ruang aman bagi anak.
Urgensi Ruang Aman Bagi Anak
Kesejahteraan anak merupakan pondasi utama bagi masa depan bangsa. Dalam rangka membentuk kesejahteraan bagi anak tersebut, pemenuhan hak anak menjadi salah satu aspek yang perlu untuk diperhatikan. Ketika hak anak terpenuhi dengan baik, maka ruang aman untuk mereka tumbuh dan berkembang dapat tercipta, sehingga anak berada dalam kondisi yang aman dan sejahtera. Anak yang merasa aman, akan lebih berani dalam menyuarakan pendapat mereka. Sayangnya, saat ini masih banyak masyarakat yang kurang peduli akan eksistensi dan pentingnya memenuhi hak anak. Akibatnya, tidak sedikit anak Indonesia yang tumbuh dengan kepercayaan diri minim dan cenderung tidak berani untuk menceritakan kondisi yang mereka alami dalam kesehariannya.
Sebagai wujud kepedulian akan permasalahan yang banyak menimpa anak Indonesia tersebut, Hoshizora Foundation menggelar mini diskusi terbuka dengan tema “Refleksi Hari Anak: Sejauh Mana Kita Telah Memberikan Ruang Aman Bagi Anak?”. Pada kegiatan kali ini, Hoshizora Foundation juga menggandeng komunitas Suara Anak untuk ikut memberikan pandangan dan pengetahuannya secara lebih mendalam mengenai ruang aman yang berkorelasi dengan pemenuhan hak-hak anak.
Kegiatan ini diadakan dengan tujuan untuk menyebarkan kepedulian terhadap khalayak umum akan pentingnya menciptakan ruang aman bagi anak. Ruang aman ini diharapkan memiliki andil besar dalam membentuk individu anak Indonesia yang lebih percaya diri untuk menyuarakan haknya. Diskusi ini menjadi lebih seru karena menjadi wadah untuk bertukar pikiran antara anak dan orang dewasa mengenai tema tersebut.
Pentingnya Peran dan Kerja sama Antar Pihak Dalam Membentuk Ruang Aman Bagi Anak
Dalam acara mini diskusi terbuka ini, selain menghadirkan Sanuri Amdali atau Kak Sanuri, Program Manager Hoshizora Foundation, turut mengundang Mlathi Anggayuh Jati atau akrab disapa Kak Gayuh, yang merupakan peneliti dari komunitas Suara Anak sebagai pembicara. Melengkapi keseruan diskusi, Hoshizora juga turut mengundang Tanaya Sindhu Ganari, yaitu peneliti anak dari komunitas Suara Anak, serta Haifa Uzlifatul Jannah, yaitu Adik Bintang (sebutan untuk penerima beasiswa di Hoshizora Foundation) sebagai bintang tamu yang diajak untuk merepresentasikan pandangan anak secara langsung. Banyak Adik Bintang lainnya pun turut hadir untuk ikut berbagi cerita dan suaranya, sehingga menambah kehangatan diskusi.
Lewat diskusi lintas usia ini, Hoshizora Foundation ingin mewadahi terciptanya dialog maupun komunikasi antara anak dan orang dewasa dalam membentuk pemahaman mengenai ruang aman bagi anak dan menelaah apakah ruang aman bagi anak sudah tercipta dengan baik di sekitar kita. Secara garis besar, diskusi terbagi menjadi 4 sub-materi. Yaitu membahas persepsi anak yang sering dianggap sebagai pihak yang lemah, uraian mengenai kondisi-kondisi tidak aman bagi anak, pengertian dan cara bagaimana menciptakan ruang aman bagi anak, serta membahas peranan pemangku kebijakan dalam menciptakan ruang aman bagi anak.
“Sebagai anak, kita seringkali diremehkan pendapatnya oleh orang dewasa.” ujar Nisa, salah satu Adik Bintang di sesi pembuka diskusi. Melalui dialog yang terjadi dalam diskusi terbuka ini, dapat diketahui juga bahwa setiap anak setidaknya pernah merasakan keadaan tidak aman di hidupnya. Ada beragam faktor yang bisa menyebabkan hal tersebut, diantaranya lingkungan keluarga, pertemanan, hingga sekolah.
Pada sesi sharing oleh pembicara, Kak Gayuh membagikan cara-cara yang bisa dilakukan untuk membentuk ruang aman bagi anak. Sebagai langkah pertama, ruang aman harus diciptakan melalui diri sendiri. Bahwa bagaimana aman dapat tercipta, anak juga harus berupaya menciptakan keamanannya bagi diri sendiri terlebih dahulu, seperti memberitahu situasi aman dan tidak aman kepada orang disekitarnya.
Keluarga berperan penting sebagai orang terdekat dengan memberikan ruang bagi anak untuk berkomunikasi dalam segala hal, terutama orang tua. Terakhir dalam lingkup yang paling besar, pemangku kebijakan dapat mengupayakan untuk melibatkan pendapat anak dalam proses pengambilan keputusannya yang menyangkut hak-hak anak. Sedangkan dalam hal pendidikan, Kak Sanuri memberikan pandangannya bahwa, “Ruang aman dapat diciptakan dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih sekolah yang diinginkan melalui komunikasi antara anak dan orang tua serta memberikan kesempatan bagi anak untuk mengeksplor hal-hal baru.” Sebagai bintang tamu dan seorang anak, di akhir diskusi Tanaya juga berpesan, “Untuk mewujudkan ruang yang aman, kita sebagai anak juga harus mengutarakan apa yang kita mau kepada orang dewasa sebagai pemegang keputusan. Oleh karena itu, kalau besok teman-teman dikasih ruang untuk berbicara, silahkan teman-teman ngomong maunya tuh apa.”
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan berhubungan erat dengan anak-anak, Hoshizora Foundation berharap bahwa diskusi-diskusi seperti ini dapat menjadi wadah dalam menampung aspirasi dan suara anak-anak terutama dari Adik Bintang yang mungkin belum menemukan ruang aman untuk bercerita. Sehingga, menjadikan mereka pribadi yang lebih percaya diri, berani, dan tangguh dalam menghadapi tantangan yang menjadi penghalang mereka untuk meraih cita-citanya di masa depan. Selain itu, Hoshizora juga akan terus mengupayakan ruang aman bagi Adik Bintang dengan membantu memberikan akses kepada mereka melalui berbagai kegiatan peningkatan kapasitas. Tak hanya bagi anak, kegiatan pengembangan kapasitas juga diberikan kepada ekosistem terdekat mereka yaitu orang tua dan guru agar bisa menciptakan ruang aman bagi anak.