Yogyakarta – Dua pekan sebelum September berakhir, tepatnya pada tanggal 21 September 2024 dan 28 September 2024, Adik Bintang penerima beasiswa Glow & Lovely Batch 7 mengikuti program capacity building tahun kedua yang diselenggarakan oleh Hoshizora Foundation. Dengan tajuk “Leading with Innovation for Creating Impact”, capacity building ini mengajak Adik Bintang belajar mengenai “Critical Thinking and Leadership through Community Development” dari narasumber ahli, yaitu Kalis Mardiasih, Tia Muhammad Reza, dan Tri Buana Desi.
Capacity Building tahun ini dikemas dengan konsep yang menarik melalui kegiatan yang dibagi menjadi 3 sesi, yang terdiri dari dua sesi online dan satu sesi offline. Setiap sesi dirancang dengan aktivitas, bentuk, dan output yang berbeda. Hal itu dilandasi oleh tujuan jangka panjang dari kegiatan ini, yakni untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis Adik Bintang. Kegiatan yang rutin diadakan setiap tahun ini hadir sebagai upaya Hoshizora Foundation mendukung Adik Bintang untuk terus berani bermimpi dengan mengasah keterampilan dan pengetahuan baru di era yang semakin masif ini.
Critical Thinking dan Leadership melalui Community Development Sebagai Bekal Adik Bintang untuk Menjadi Agent of Change
Saat ini, kemampuan berpikir kritis menjadi sangat krusial bagi setiap individu, terutama di tengah kehidupan yang semakin kompleks dan cepat berubah. Tak terkecuali bagi Adik Bintang yang juga seorang mahasiswa, di mana mereka memiliki peran sebagai agent of change di masyarakat. Berangkat dari hal tersebut, Hoshizora Foundation menghadirkan Capacity Building sesi pertama yang bertajuk ‘Exploring The Art of Critical Thinking’ pada tanggal 21 September 2024. Kalis Mardiasih, seorang aktivis dan penulis buku, hadir sebagai narasumber untuk mengajak 66 Adik Bintang belajar mengasah kemampuan kritis melalui sesi penyampaian materi dan sharing session.
Meskipun dilakukan secara online melalui platform zoom meeting, Adik Bintang antusias untuk belajar konsep berpikir kritis. Seperti apa yang disampaikan Kak Kalis, “Kritis tidaklah sama dengan kritik, kritis artinya cara berpikir yang sistematis, logis, dan objektif”. Quote tersebut dapat direfleksikan Adik Bintang di kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pengambilan keputusan. Tak hanya itu, berpikir kritis juga bermanfaat untuk menganalisis potensi atau masalah di lingkungan sekitar, sehingga Adik Bintang bisa lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
Kak Kalis juga mengajak Adik Bintang untuk menemukan sebuah topik yang akan didiskusikan bersama, yang mana Adik Bintang juga harus memiliki alasan mengapa ingin mendiskusikan topik tersebut. Sesi ini menjadi pemantik nalar kritis Adik Bintang, dengan menekankan bahwa setiap keputusan didasari oleh pemikiran yang matang dan alasan yang kuat.
Theory of Change (ToC) menjadi materi di sesi kedua yang disampaikan oleh Kak Tia Muhammad, Head of Leadership and Transformation Solution di Maxima Impact Consulting. Di sesi kedua yang bertajuk ‘Theory of Change for Community Development’, 56 Adik Bintang diperkenalkan tentang penggunaan Theory of Change (ToC) untuk pengembangan komunitas.
Bersama Kak Tia, Adik Bintang dibekali ilmu konsep dasar Theory of Change (ToC), manfaat ToC untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan positif di komunitas, dan menganalisis masalah sebelum merancang sebuah inisiatif sosial. Adik Bintang juga diberi kesempatan praktik langsung untuk merancang Logical Framework Approach (LFA) yang kemudian mereka presentasikan dan diskusikan bersama. Dengan mengikuti sesi ini, diharapkan Adik Bintang dapat menggunakan ToC sebagai alat strategis untuk menganalisis dan merancang program pengembangan komunitas yang efektif.
Adik Bintang Terjun Langsung Belajar Menganyam Bersama Masyarakat Setempat
Tidak seperti dua sesi sebelumnya yang dilakukan secara online, sesi ketiga berlangsung secara offline di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngadiharjo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Sesi ketiga dilaksanakan pada 28 September 2024 dengan diikuti oleh 74 Adik Bintang. Sesi ini menghadirkan Kak Tri Buana Desi, selaku founder Kraosan. Kak Desi berbagi pengalaman dan ilmunya tentang bagaimana perjalanan hebat di balik terbentuknya Kraosan, sebuah social enterprise yang bergerak di bidang kerajinan bambu di daerah Magelang.
Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik Adik Bintang dari perjalanan panjang tersebut. Dengan sharing mengenai perjuangan dan pemberdayaan bersama Kak Desi, harapannya dapat menjadi motivasi Adik Bintang untuk menjadi perempuan hebat yang mampu memimpin dan memberdayakan masyarakat.
“Yang aku rasain itu bener-bener insightful dan berisi! Semua materi yang disampaikan itu ngebuka pikiran aku kalau ternyata ada cara lain yang bisa kita terapin untuk ngebuka peluang dan kesempatan baru,” ungkap Nabilah, salah satu Adik Bintang yang mengungkapkan kesannya selama kegiatan.
Nabilah juga menyebutkan sesi offline menjadi bagian favoritnya. ”Yang paling aku suka adalah saat sesi offline dimana aku bisa nyoba langsung dan merasakan budaya di sana. Aku juga jadi sadar ternyata kita gak perlu nunggu kesempatan dan peluang buat lebih maju, tapi kita bisa buat peluang dan kesempatan itu sendiri” tuturnya dengan antusias.
Di kegiatan ini, Adik Bintang berkesempatan untuk mengaplikasikan ilmu dari sesi sebelumnya mengenai community development., Mereka belajar menganyam bambu bersama pengrajin setempat yang menjadikan kerajinan bambu sebagai sentra masyarakat Ngadiharjo. Setelah itu, Adik Bintang kembali untuk merancang framework dengan tema yang diminati, berdiskusi, kemudian mempresentasikan hasil kerja bersama.
Harapannya, dengan mengikuti kegiatan ini, Adik Bintang dapat memetik hal baik mengenai pengembangan komunitas dalam masyarakat. Selain itu, dengan berbekal critical thinking dan leadership through community development, Adik Bintang juga dapat dapat berperan sebagai Sustainability Women Rangers di lingkungan mereka. Dengan demikian, Adik Bintang tidak hanya memberdayakan diri sendiri, namun juga dapat memberdayakan orang lain untuk perubahan yang positif.