Saya ingin jadi pekerja sosial seperti Bapak dan Ibu Saya

Cita cita mulia bukan?

Hampir seluruh anak dan remaja, bila ditanya cita citanya, pasti menjawab jadi orang yang sukses. Dalam arti banyak uang, hidup mewah, bahagia selalu. Anan, siswa kelas 1 SMP N 1 Pakem, Sleman?memiliki misi berbeda dalam hidupnya.

Dengan bangga dia ceritakan betapa mulia hati ayah dan ibunya yang selalu setia merawat anak anak diffable di sebuah panti di Kaliurang. Bapak dan Ibu sering pulang sampai malam. Saya di rumah menjaga Adik. Kalau sedang liburan, Kami sering ke ladang buat menanam ketela.? Pipi Anan yang tembem menyunggingkan senyum kecil. Menunjukan sedikit malunya.

[quote align=”center” color=”#999999″]”Walau penghasilan Bapak dan Ibu sangat kecil, tapi kami senang bisa menolong sesama…”[/quote]

Ungkap Anan sambil memainkan jari jari gendutnya. Anak itu menyentuh hati Kami. Dan mungkin juga hati Anda. Terlebih, ketika mata polosnya itu mengurai air mata saat mendengar pertanyaan,

[quote align=”center” color=”#999999″]”Dik Anan yakin nggak bisa merah mimpi Adik?”[/quote]

Dia hanya tertunduk menumpahkan air matanya. Lalu, setelah beberapa kalimat motivasi didengar olehnya, Anan terisak,

[quote align=”center” color=”#999999″]”Ya sedih mbak, kalau ditanya gitu. Bapak Ibu sudah bilang, nggak bisa nyekolahin saya sampai SMA. Mana mungkin mau kuliah. Gimana bisa jadi perawat.”[/quote]

Banyak ketakutan ketakutan. Tentang mimpi. Tentang masa depan. Tentang kegagalan. Tentang beban yang akan dipikulnya kelak. Tentang semua yang tidak pasti. Anak anak sedang berfikir jauh kedepan, ketika orangtua lengah memperhatikan mereka.

Dengan lingkungan yang “sulit”, kecenderungan untuk pesimis lebih besar saat mereka dibiarkan sendiri dengan pikirannya. Sedang, dibalik itu, mereka mempunyai potensi yang luar biasa. Harus ada seseorang yang mendampingi mereka. Memelihara semangat dan mimpi mereka. Memandu mereka memilih jalan yang tepat untuk meraih cita cita. Agar mereka tidak dikuasai ketakutannya.

Terkadang menjadi hal yang sulit bagi orang tua untuk sekedar mendengarkan celotehan anaknya. Suaranya jarang dipedulikan hanya karena usia yang dinilai belum matang untuk bersuara. Lalu, kepada siapa mereka akan bercerita. Kembali, harus ada sesorang yang ada untuk mereka.

Itu mengapa kami ingin komunikasi berjalan diantara Kakak dan Adik Bintang. Kami yakin, Kakak Bintang dapat memotivasi Adik Bintang dengan kesuksesan dan prestasi yang sudah dirahnya, meski hanya lewat selembar surat. Adik Bintang juga dapat menginspirasi Kakak Bintang untuk lebih menajamkan jiwa sosialnya.

hoshiZora sedang menyegarkan kembali semangat anak anak Merapi yang hampir layu. Seleksi wawancara calon Adik Bintang untuk program beasiswa Peduli Anak Merapi sedang digelar. Meski lahar sudah meluluh lantakkan seluruh harta? bendanya, tapi semangat juang mereka tidak boleh padam. 65 besiswa akan diluncurkan. 65 anak akan menemukan kembali semangatnya. Ayo! Kita juga harus semangat membantu mereka!

[quote align=”center” color=”#999999″]Bukan keadaan yang menentukan Kita.
Tapi kita yang menentukan keadaan.[/quote]

3 thoughts on “Saya ingin jadi pekerja sosial seperti Bapak dan Ibu Saya

  1. mega says:

    ceritanya sangat menyentuh sekali. Ingin sekali dek anan bs meraih cita2nya yang mulia kelak. Dah ada kakak bintangnya kah? tertarik nih hehe
    semangaat hZ

  2. hoshiZora Foundation says:

    Ibu Mega, terimakasih sudah berkunjung ke website kami. Kondisi terakhir, bapak Ibunya dik Anan yang bekerja di Panti Asih sudah di PHK, karena dampak dari erupsi merapi 2010, panti nya bangkrut. Anak-anak asuhnya hampir sebagian besar ditarik kembali oleh orangtuanya. Sampai hari in belum kami pasangkan dengan kakak Bintang. Nanti Ibu mega akan kami hubungi melalui Koordinator Kakak Bintang. Salam Indonesia!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *